Perempuan Indonesia Ahli Epidemiologi di Negeri Orang

«Itu klasik banget,» katanya. «Cita-cita anak Indonesia zaman saya itu jadi dokter, insinyur atau lawyer, gitu.» Seperti anak Indonesia lainnya, awalnya dia memang bercita-cita menjadi dokter, dan dia juga sepenuhnya menyelesaikan S1 di bidang kedokteran.

Nama lengkapnya Melani Ratih Mahanani. Panggilannya Melani. Ia lahir di kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. «Kota terdekat dari situ itu Solo,» katanya.

Melani berkuliah S1 di bidang kedokteran di Universitas 11 Maret, Solo. Kuliah S2 ia tempuh di Universitas Heidelberg, Jerman, yaitu di bidang International Health. «Nah, bidang International Health itu seperti Public Health [kesehatan masyarakat], gitu,” demikian dijelaskan Melani. Setelah itu selesai, dia melanjutkan ke bidang epidemiologi, yang merupakan salah satu intisari dari bidang kesehatan masyarakat. «Jadi lebih mengerucut ke bawah, gitu,” kata Melani.

Melani bercerita, ketika dia sedang berkuliah kedokteran di Solo, salah seorang anggota keluarganya terdiagnosis Clickbet88 menderita kanker. Karena peristiwa itu, cita-citanya sedikit bergeser. Dia merasa heran, «Mengapa anggota keluarga yang sangat sehat hidupnya, dietnya, dan aktivitas fisiknya sangat reguler gitu, masih bisa terdiagnosis kanker.»

Dia bertanya-tanya, apa yang membuat risiko sakit seseorang berbeda dengan orang lain, dan dia ingin tahu lebih lanjut tentang hal itu. Ia kemudian berusaha mencari cabang kedokteran yang berkaitan dengan hal ini. Kebetulan, di sebuah konferensi tentang public health di Solo, dia mendengar tentang ilmu yang bernama epidemiologi, yang merupakan irisan dari ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan masyarakat.

Ahli Epidemiologi di Negeri Orang

«Cita-cita saya dulu cara pengobatan penyakit, dan sekarang lebih ke arah bagaimana cara pencegahannya,” demikian dijelaskan Melani. Sejak saat itu dia juga ingin menjadi peneliti epidemiologi kelas dunia. Karena banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab, tentang penyebaran penyakit, khususnya penyakit tidak menular, seperti kanker dan penyakit kardiovaskuler.

Setelah tamat kuliah kedokteran dan mendapat ijazahnya bulan April 2017, dia mulai menekuni bidang epidemiologi. Ketika itu, dia diterima untuk melanjutkan kuliah S2 di Australia, Swedia, Belanda dan Jerman, yaitu di Heidelberg. Yang ia pertimbangkan ketika itu adalah keadaan dan kesempatan pendanaan.

Melani bercerita, dia juga terpikir untuk melamar beasiswa dalam negeri, tapi kesempatannya hanya sekali setahun, dan ketika dia mempertimbangkannya, waktunya tidak cocok. Namun dia berhasil mendapat beasiswa dari luar negeri. Jadi ia dan suaminya berangkat ke Jerman dua minggu setelah mereka menikah, di bulan September 2017. Suaminya juga menuntut pendidikan di Heidelberg, tapi di bidang molecular medicine atau kedokteran molekuler.

Ia selesai menuntut pendidikan S2 di bulan September 2018. Setelah itu, di sempat kembali ke Indonesia dan bekerja selama delapan bulan, sebagai konsultan dan asisten peneliti. Lalu Oktober 2019 ia mendapat kesempatan melanjutkan ke S3, juga di Universitas Heidelberg dengan pendanaan Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD).

Melani menjelaskan lebih lanjut, epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit itu. «Jadi bisa faktor yang memicu, dan faktor yang mengurangi penyebarannya,» katanya.

Ketika ditanya apa profesi yang sesuai untuk orang-orang yang menuntut ilmu epidemiologi, Melani menjelaskan, epidemiologi adalah ilmu yang multidisipliner dan bisa diaplikasikan dalam pekerjaan apa saja. Di bidang akademia, orang bisa jadi peneliti dan akademisi seperti Melani sekarang. Selain itu, orang juga bisa juga jadi konsultan di bidang kesehatan. «Bisa juga bekerja di Gesundheitsamt [Badan Kesehatan Jerman], bisa juga sebagai public health instructor di rumah sakit. Ada juga yang bekerja di institut penelitian yang tidak termasuk universitas, seperti misalnya CDC di AS.” Demikian dijelaskan Melani.